Kamis, 27 Juni 2013

"MENERTAWAI TUHAN vs TERTAWA DENGAN TUHAN"



Tertawa adalah ungkapan lahiriah dari rasa yang ada di dalam batin. Meskipun demikian, dari cara kita tertawa, orang lain bisa menyimpulkan; entahkah tertawa kita adalah ungkapan KEGEMBIRAAN JIWA atau KETIDAKPERCAYAAN PIKIRAN terhadap sesuatu yang terlihat, terasa dan terdengar.


MENERTAWAI TUHAN

Bacaan pertama pagi ini memberikan jawaban kepada kita bagaimana ketidakpercayaan bisa membuat seseorang menertawai pihak lain, yang menawarkan sesuatu kepadanya;

Ketika Tuhan berkata kepada Abraham bahwa "dari Sara, istrinya, ia akan diberikan keturunan, Abraham merasa tidak percaya dan lucu, lalu berbuat yang satu ini:

"Lalu tertunduklah Abraham dan TERTAWA serta berkata dalam hatinya:

"Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang anak dan mungkinkah Sara, yang telah berumur sembilan puluh tahun itu melahirkan seorang anak?"(Kej.17:17)

Bagi Abraham janji seperti ini adalah sebuah kemustahilan mengingat usianya dan Sara yang sudah lanjut. Ketidakpercayaan ini membuat Abraham MENERTAWAI TUHANNYA.


TERTAWA DENGAN TUHAN

Jiwa yang gembira melahirkan senyum yang indah di wajah, bahkan senyum kadang disertai dengan tawa. Dengan kata lain, senyum adalah tawa jiwa yang terlihat. Itulah alasannya mengapa Maria, yang setelah menerima Kabar Gembira dari Malaikat Gabriel berbagi kegembiraannya dengan berucap:

"Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku."(Luk.46-47) atau ketika Yohanes Pembaptis melonjak kegirangan dalam rahim ibunya, Elisabet ketika dikunjungi oleh Maria;

"...melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring:"Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu."(Luk.1:41-42).

Ya, ungkapan kegembiraan jiwa dan batin bisa terlihat dari senyum indah di wajahmu, pun bisa terekspresi lewat tawamu yang terdengar indah di telinga orang lain disekitarmu.

Pesanku:
Singkirkanlah tawamu yang menjadi ungkapan rasa tidak percaya dalam hati dan pikiran terhadap rencana Tuhan untukmu hari ini, apalagi ketika tawamu menjadi sebuah ejekan dan cemoohan terhadap orang lain, dan teristimewa terhadap Tuhanmu. Sebaliknya, marilah membuat jiwa kita selalu TERTAWA DENGAN TUHAN sebagai ungkapan kegembiraan dan syukur kepada-Nya karena kasih setia Tuhan yang tak pernah berkesudahan dalam hari-hari hidup kita.

Marilah kita berpasrah seperti orang kusta dalam Injil hari ini;

"Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku."(Mat.8:2)

Setelah itu, buatlah yang satu ini kepada Tuhanmu:

Adalah baik bila kita menantikan pertolongan Tuhan dengan diam" (Rat 3:26), dan percaya bahwa Tuhan akan datang kepada kita dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir."(Mat.8:3). Ya, pasti Tuhan selalu mau agar engkau TERTAWA GEMBIRA BERSAMA-NYA setiap saat.

Kawan,

Kuyakinkan engkau bahwa "Tuhanmu, Tuhanku dan Tuhan kita pasti akan datang menolongmu karena engkau lebih berharga dari burung-burung di udara yang tidak pernah menanam tapi selalu diberi makan.

Salam dan doa dari seorang sahabat untuk para sahabatnya,

***Duc in Altum***
 
 
dikutip dari :
fb/gerejakatolik